Bayangkan jika nyamuk bisa berfungsi sebagai senjata militer. Tentu sangat mengerikan. Para ilmuwan Nazi nyaris menggunakan nyamuk sebagai senjata tempur dalam Perang Dunia II tahun 1939-1945.
Rencana Nazi itu diungkap oleh Dr. Klaus Reinhardt, seorang ahli biologi di University of Tübingen di Jerman. Ia meneliti sejumlah catatan sejarah yang melibatkan kamp konsentrasi Dachau. Temuannya diterbitkan dalam majalah triwulanan Endeavour edisi Desember 2013.
Reinhardt mengatakan para ilmuwan Nazi berencana mengubah nyamuk menjadi senjata. Mereka menginfeksi nyamuk dengan penyakit malaria kemudian melepaskannya ke pasukan musuh dengan pesawat terbang. Untungnya rencana itu tidak pernah terlaksana.
“Rencana nyamuk” itu tertanggal Januari 1942. Kala itu, Heinrich Himmler, Kepala Schutzstaffel (SS) dan polisi Nazi, dilaporkan memerintahkan pembentukan sebuah lembaga entomologis untuk mempelajari fisiologi dan pengendalian serangga berbahaya.
“Lembaga ini dipimpin oleh peneliti serangga Eduard May,” tulis Reinhardt dalam abstrak artikelnya, seperti dikutip Huffington Post, Kamis, 6 Februari 2014.
Rencana Nazi itu tentu bertentangan dengan aturan pelarangan penggunaan senjata kimia dan biologi oleh Protokol Jenewa tahun 1925. Pertanyaannya kemudian, apakah Adolf Hitler mematuhi fatwa itu? Hal ini telah lama menjadi topik perdebatan. Kamar gas Nazi membuktikan kesediaan Reich Ketiga untuk menggunakan racun terhadap warga sipil.
Namun, beberapa sejarawan berpendapat Hitler tidak menyetujui taktik “rencana nyamuk” untuk medan perang. Dalam artikelnya, Reinhardt mengakui bahwa bukti penggunaan nyamuk untuk senjata biologis masih jauh dari meyakinkan.
“Ide untuk menghasilkan nyamuk terinfeksi malaria dan menjatuhkannya ke pasukan musuh tidak didokumentasikan dengan baik dalam catatan sejarah,” kata Reinhardt.
Reinhardt bukanlah ilmuwan pertama yang menawarkan bukti eksperimen Nazi melibatkan skenario “perang nyamuk”. Pada 2006, Frank Snowden, profesor sejarah Universitas Yale di Amerika Serikat, menerbitkan sebuah buku berjudul The Conquest of Malaria in Italy. Dalam buku itu Snowden menyatakan Nazi melepaskan nyamuk terinfeksi malaria untuk menghentikan pasukan Sekutu di Italia.
Menggunakan arsip Amerika dan buku harian dari tentara Italia, buku Snowden memerinci bagaimana pakar serangga Nazi bernama Erich Martinia diduga mengarahkan pasukan Nazi Jerman untuk membanjiri rawa-rawa dekat Roma dan mengisinya dengan larva nyamuk pembawa malaria.
Malang bagi Nazi, pasukan Inggris dan Amerika tidak terpengaruh serangan nyamuk malaria karena sebelumnya telah divaksinasi. Malaria justru menjangkiti penduduk sipil di sekitar lokasi peperangan, demikian menurut Snowden.
Tetap saja skenario “perang nyamuk” Nazi tidak memikat semua ilmuwan. Dr. Eric Toner, seorang ahli respons medis terhadap bioterorisme di University of Pittsburgh, mengatakan tidak pernah ada bukti nyata tentang kemungkinan Nazi bereksperimen menciptakan senjata biologis dalam Perang Dunia II.
Rencana Nazi itu diungkap oleh Dr. Klaus Reinhardt, seorang ahli biologi di University of Tübingen di Jerman. Ia meneliti sejumlah catatan sejarah yang melibatkan kamp konsentrasi Dachau. Temuannya diterbitkan dalam majalah triwulanan Endeavour edisi Desember 2013.
Quote:
|
“Rencana nyamuk” itu tertanggal Januari 1942. Kala itu, Heinrich Himmler, Kepala Schutzstaffel (SS) dan polisi Nazi, dilaporkan memerintahkan pembentukan sebuah lembaga entomologis untuk mempelajari fisiologi dan pengendalian serangga berbahaya.
Quote:
Mereka meneliti jenis nyamuk tertentu yang bisa hidup tanpa makanan dan air sampai empat hari. Hal ini diyakini bahwa Nazi mencari cara untuk menjatuhkan serangga yang terinfeksi tersebut di daerah penduduk, yang memungkinkan nyamuk malaria tersebut menginfeksi penduduk sebanyak mungkin. |
Quote:
|
Rencana Nazi itu tentu bertentangan dengan aturan pelarangan penggunaan senjata kimia dan biologi oleh Protokol Jenewa tahun 1925. Pertanyaannya kemudian, apakah Adolf Hitler mematuhi fatwa itu? Hal ini telah lama menjadi topik perdebatan. Kamar gas Nazi membuktikan kesediaan Reich Ketiga untuk menggunakan racun terhadap warga sipil.
Namun, beberapa sejarawan berpendapat Hitler tidak menyetujui taktik “rencana nyamuk” untuk medan perang. Dalam artikelnya, Reinhardt mengakui bahwa bukti penggunaan nyamuk untuk senjata biologis masih jauh dari meyakinkan.
“Ide untuk menghasilkan nyamuk terinfeksi malaria dan menjatuhkannya ke pasukan musuh tidak didokumentasikan dengan baik dalam catatan sejarah,” kata Reinhardt.
Quote:
|
Menggunakan arsip Amerika dan buku harian dari tentara Italia, buku Snowden memerinci bagaimana pakar serangga Nazi bernama Erich Martinia diduga mengarahkan pasukan Nazi Jerman untuk membanjiri rawa-rawa dekat Roma dan mengisinya dengan larva nyamuk pembawa malaria.
Malang bagi Nazi, pasukan Inggris dan Amerika tidak terpengaruh serangan nyamuk malaria karena sebelumnya telah divaksinasi. Malaria justru menjangkiti penduduk sipil di sekitar lokasi peperangan, demikian menurut Snowden.
Tetap saja skenario “perang nyamuk” Nazi tidak memikat semua ilmuwan. Dr. Eric Toner, seorang ahli respons medis terhadap bioterorisme di University of Pittsburgh, mengatakan tidak pernah ada bukti nyata tentang kemungkinan Nazi bereksperimen menciptakan senjata biologis dalam Perang Dunia II.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar